Jumat, 29 Februari 2008

Mnemonic Techniques



Mnemonic Techniques to improve memory, memorization

Mnemonic techniques are more specific memory aids. Many are based on the general memory strategies that were presented earlier. Although it can be easiest to remember those things that you understand well, sometimes you must rely on rote memory. The following techniques can be used to facilitate such memorization.


1. ACRONYMS. You form acronyms by using each first letter from a group of words to form a new word. This is particularly useful when remembering words in a specified order. Acronyms are very common in ordinary language and in many fields. Some examples of common acronyms include NBA (National Basketball Associations), SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus), BTUs (British Thermal Units), and LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation). What other common acronyms can you think of? The memory techniques in this section, for example, can be rearranged to form the acronym "SCRAM" (Sentences/acrostics, Chunking, Rhymes & songs, Acronyms, and Method of loci).

2. SENTENCES/ACROSTICS. Like acronyms, you use the first letter of each word you are trying to remember. Instead of making a new word, though, you use the letters to make a sentence.

3. RHYMES & SONGS. Rhythm, repetition, melody, and rhyme can all aid memory. Are you familiar with Homer's Odyssey? If you are familiar with the book, then you know that it is quite long. That is why it is so remarkable to realize that this, along with many ancient Greek stories, was told by storytellers who would rely solely on their memories. The use of rhyme, rhythm, and repetition helped the storytellers remember them.

4. METHOD OF LOCI. This technique was used by ancient orators to remember speeches, and it combines the use of organization, visual memory, and association. Before using the technique, you must identify a common path that you walk. This can be the walk from your dorm to class, a walk around your house, whatever is familiar. What is essential is that you have a vivid visual memory of the path and objects along it. Once you have determined your path, imagine yourself walking along it, and identify specific landmarks that you will pass. For example, the first landmark on your walk to campus could be your dorm room, next may be the front of the residence hall, next a familiar statue you pass, etc. The number of landmarks you choose will depend on the number of things you want to remember.

5. CHUNKING. This is a technique generally used when remembering numbers, although the idea can be used for remembering other things as well. It is based on the idea that short-term memory is limited in the number of things that can be contained. A common rule is that a person can remember 7 (plus or minus 2) "items" in short-term memory. In other words, people can remember between 5 and 9 things at one time. You may notice that local telephone numbers have 7 digits. This is convenient because it is the average amount of numbers that a person can keep in his or her mind at one time.

6. PRACTICE MAKES PERFECT (or closer to it anyway): Okay, it may not be a mnemonic, but repeating is still a great memory aid. Remember the children's game "I'm going on a picnic and I'm bringing...." As each new object is added, the old objects are repeated. People can often remember a large number of objects this way. When remembering a list of things, you might try a similar concept. Once you are able to remember 5 items on your list without looking, add a 6th, repeat the whole list from the start, add a 7th, and so on. It can be quite intimidating to see long lists, passages, or equations that you are expected to commit to memory. Break up the information into small bits that you can learn, one step at a time, and you may be surprised at how easy it can be. You might even utilize grouping techniques, like those discussed earlier, to form meaningful groups that you can learn one at a time.

Kamis, 28 Februari 2008

Bandung Interest Place


Gedung Sate Bandung merupakan bangunan pertama yang menggunakan konstruksi beton bertulang, juga merupakan bangunan instansi pemerintahan Pusat Kolonial Belanda. Dinamakan Gedung Sate, karena ornamen atap berbentuk tusukan sate. Sekarang gedung ini dijadikan pusat pemerintahah Gubernur Jawa Barat. Dirancang dan dibangun pada tahun 1920, oleh arsitek J. Gerber.

Curug Omas terletak di lokasi wisata Maribaya, Lembang. Objek wisata ini menawarkan pesona air terjun dan keindahan alam di sekitarnya. Kesegaran udara langsung terasa begitu kita memasuki area objek wisata, tetapi bukan hanya suasana segar yang ditawarkan, Anda akan menjumpai air terjun setinggi 30 meter disana. Gemuruh air terjun terdengar dari area di sekitarnya, menggugah kita untuk mendekatinya.

Gunung Tangkuban Perahu, merupakan salah satu gunung berapi yang berada di Jawa Barat, tepatnya di Lembang, kurang lebih 30 km sebelah utara kota Bandung dengan ketinggian 2084 Meter dari atas permukaan laut. Untuk menuju kesana diperlukan waktu kurang lebih 30 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Setelah memasuki area kawah putih, bukan rasa takut yang akan anda alami, tetapi anda pasti akan terpaku dan terpana begitu melihat dan menyaksikan sendiri bagaimana menakjubkannya genangan air yang berwarna putih disertai asap yang mengepul diatasnya. Warna air di danau kawah putih tidak selalu berwarna putih, terkadang air berwarna hijau apel dan kebiru-biruan, bila terik matahari dan cuaca terang, terkadang pula berwarna coklat susu.

Setelah memasuki gerbang Situ Patengan, kita akan melewati perkebunan teh yang menghijau. Dan tidak jauh kedepan, kita akan melihat hamparan air yang sangat banyak dengan keindahan alam yang menawan. Kesegaran dan kesejukan menambah kenyamanan kita di area wisata Situ Patengan. Hamparan air yang luas, dengan sentuhan kabut tipis yang menggantung diatasnya, menambah indahnya suasana Situ (danau).

Rabu, 27 Februari 2008

Striving to Success


Sukses adalah akumulasi dari usaha-usaha kecil yang dilakukan terus-menerus. Orang-orang berhasil adalah orang-orang yang memiliki perbedaan. Mereka senantiasa mengambil langkah kedua, ketiga dan mungkin langkah keempat pada garis yang tidak terputuskan. Sedangkan orang awam, biasanya hanya mengambil langkah pertama lalu tidak melanjutkan perjalanannya. Padahal setiap langkah berikut yang diambil akan meningkatkan nilai langkah sebelumnya.
Tak ada jalan mudah untuk mencapai segala sesuatu. Lakukan satu hal pada suatu waktu, dan semua hal dalam kesuksesan. Keberhasilan tidak mendatangi kita, tapi kitalah yang harus menemuinya. Terserah kita sendiri apakah mau membuka pintu diri kita untuk suatu kesempatan. Kesempatan emas yang kita cari-cari berada di dalam diri kita sendiri. Tidak tergantung pada lingkungan kita, atau keberuntungan, semua itu ada di dalam diri kita sendiri.

Kita bisa memulainya di manapun kita berada setiap saat. Rumput di kejauhan mungkin tampak lebih hijau, namun kesempatan itu tepat berada dimana kita berada. Ketika kesempatan itu muncul, ambillah manfaat darinya. Kita tidak memerlukan lebih banyak kekuatan, atau lebih besar kemampuan, atau lebih luasnya kesempatan. Yang kita perlukan adalah menggunakan apa yang kita miliki sekarang. Belajarlah untuk menangkap peluang, yang selalu berada di sekeliling kita. Setiap situasi yang dipandang dengan baik adalah kesempatan.
Bayangkan kita berada di sebuah perjalanan panjang. Junjunglah visi sukses kita pribadi. Pada akhirnya, kita akan menyadari bahwa kita tidak akan mengalami kegagalan bila kita mencobanya. Sukses adalah jalan yang disusun dengan keteguhan hati. Kesulitan senantiasa beserta kita hanya bila kita senantiasa berusaha. Kita memerlukan proses pertumbuhan yang bertahap. Keterburuan kita untuk meraih sukses adalah beban yang memberati perkembangan kita. Setiap langkah kecil yang membawa kita maju patut dihargai. Tak perlu kita sibuk mencari jalan pintas, karena tak ada jalan pintas. Yang perlu kita amati adalah jalan lurus kita. Tak peduli bergelombang atau berbatu, selama kita yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah hadapi kenyataan.

Mungkin saja yang menjadi "polisi tidur" penghambat jalan keberhasilan kita adalah diri kita sendiri. Seringkali langkah tersulit membebaskan diri kita dari kesulitan adalah mengakui bahwa sebenarnya kita adalah biang keladi kesulitan. Karena itu, saat kita menghadapi masalah di jalan mencapai kesuksesan, pertimbangkan dan sadarilah dengan hati-hati apakah kita merupakan sumber semua masalah tersebut.
Namun bagaimanapun, kita mungkin tidak mampu melakukan semua yang kita inginkan. Belenggu kita adalah kita berusaha untuk melakukan semua hal dalam sekali waktu yang sama. Meski kita bekerja keras untuk melakukan segala hal, pada akhirnya kita hanya akan menyelesaikan sedikit hal saja. Yang kita perlukan adalah memusatkan perhatian pada satu atau dua hal saja, karena hal ini justru meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Begitu kita mengetahui hal-hal mana yang akan kita kerjakan, kita harus memfokuskan diri pada apa yang benar-benar diperlukan untuk mengerjakannya. Susunlah rencana selangkah demi selangkah , apa dan kapan kita harus mengerjakan dan menuntaskannya.

Apa yang tertulis di atas kertas adalah sebuah rencana, sedangkan apa yang terpikir di kepala adalah sebuah mimpi. Beberapa orang segan untuk menuliskan rencana-rencana mereka. Menulis rencana di atas kertas merupakan langkah awal menuju kesuksesan dan pemenuhan hasrat seseorang. Tanpa rencana tertulis, kebanyakan orang akan memulai suatu hal namun segera perhatiannya akan teralihkan oleh banyak hal kecil yang muncul kemudian. Gejala pasti apabila kita dalam belenggu kesulitan adalah saat kita telah bekerja keras namun tidak jua mendekati titik sasaran. Hal ini sering terjadi juga pada orang-orang yang tidak mau menyusun rencananya secara tertulis. Agar kita dapat bergerak maju, kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan pada saat yang diperlukan pula. Penghalang jalan lain yang kita ciptakan sendiri adalah terlalu banyak memikirkan pilihan-pilihan sehingga membuat kita tidak melakukan apa-apa. "Saya bila melakukan A, B, atau C. Kalau begitu sebaiknya saya pikirkan baik-baik," begitulah angan-angan kita. Kemudian kita mulai merenungkannya, namun kita sama sekali tidak memutuskannya. Sebenarnya pada saat itu kita sudah melakukan sesuatu, yaitu memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Tapi coba tebak apa hasilnya? Bila kita tidak melakukan apa-apa maka hasilnya pun bukan apa-apa.
Pusatkan pada apa yang akan berhasil. Beberapa orang sangat pandai mencari-cari alasan mengapa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jangan melipatgandakan sesuatu yang akan berakibat negatif tetapi lipat gandakalah sesuatu yang positif. Berkonsentrasilah pada apa yang akan berjalan baik bagi kita, dan pada akhirnya restuilah segala usaha dan upaya kita dalam sebuah doa dan permohonan kepadaNya, dan yakinilah bahwa penyempurnaan usaha kita dan keberhasilan hanya dari pada-Nya semata.

Selasa, 26 Februari 2008

m-Business Evolution


Menurut Ravi Kalakota, dalam bukunya m-Business: The Race to Mobility, revolusi struktural diam-diam sudah terjadi di bidang ekonomi. Tahun 90-an, ketika jejaring nirkabel muncul, begitu banyak janji-janji yang diberikan, namun sebagian besar tidak terpenuhi. Kini, industri mobile Internet tumbuh lebih besar dari sebelumnya, berkat lima hal penting, yaitu: investasi infrastruktur yang besar, kemajuan piranti lunak, modal berlimpah sekalipun menghadapi masalah ekonomi, perhatian konsumen yang lebih besar, tuntutan yang semakin banyak akan bisnis secara real-time.

Ketika teknologi mobile berubah dari sekedar sebuah “mainan” menjadi tools, sikap para penggunanya juga berubah. Mereka tidak lagi sebagai early adopters, bahkan menuntut tersedianya aplikasi-aplikasi mobile. Mobilitas berarti fully portable, akses real-time ke sumber daya informasi dan tools yang sama.

Menurutnya, kalau kita melihat sejenak pertengahan dekade 90-an, kita telah melihat tiga perubahan besar struktural dalam waktu relatif singkat, yaitu: e-Commerce, e-Business dan m-Business.

Perubahan-perubahan struktural yang diakibatkan berdampak pada batas-batas sebuah enterprise. e-Commerce berpengaruh pada bagaimana perusahaan-perusahaan berinteraksi dengan para pelanggan mereka. e-Business berdampak terhadap supplier maupun karyawan. Namun, hampir seluruh aplikasi e-Commerce dan e-Business ini dirancang dan dikembangkan dengan asumsi akan digunakan oleh pengguna stasioner atau menetap, dengan infrastruktur yang terhubung kabel. Paradigma fixed e-commerce ini berevolusi dengan muncul dan meluasnya penerapan jejaring data nirkabel ke dalam m-Commerce, yang kemudian didukung dengan apa yang dinamakan m-Business.

m-Business adalah infrastruktur aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola hubungan bisnis dan menjual informasi, jasa dan komoditas dengan menggunakan perangkat mobile. Boleh dibilang, m-Business merupakan perpanjangan dari e-Business. Ketika kapabilitas mobile Internet semakin membaik, ia menjadi suatu cara akses yang paling nyaman terhadap layanan online, dan juga selalu tersedia (always on, always available).

Peluang utama penggunaan teknologi mobile lebih pada penyampaian layanan/produk kepada pelanggan, atau memobilisasi perusahaan dengan menyediakan akses terhadap informasi dan aplikasi, misalnya e-mail, kepada karyawan.

Peluang ini lazimnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, satu industri dengan industri lainnya. Timing investasi m-Business juga akan berbeda-beda, tergantung tujuan bisnis, kemapanan teknologi, dan yang terpenting, seberapa jauh kesiapan para penggunanya.

Nah, sekarang bagaimana bila sebuah perusahaan ingin terjun ke m-business?

Jumat, 22 Februari 2008

TQM in the educational context


Total Quality Management (TQM) is becoming increasingly used to describe a variety of different initiative in organizations. It refer to the systematic management of an organization's customer-supplier relationship in such a way as to ensure sustainable, steep-slope improvement in quality performance. The key word in TQM is Management, Quality performance does not occur by happenchance or accident, it occurs because it is designed into the way the organization works; it permeates all aspects of the organization. Total quality means what it says. All aspects of the organization have to be dedicated to the goal of achieving the highest possible standards of performance as required by their customers (internal or external), given the strategy they are pursuing. It is total, in that it affects all who work in the school and in that it affects all activities undertaken in the name of the school. This requires everyone associated with the school to understan their quality commitments and obligations and the goals they need to meet to make quality a reality. It requires the commitment of all employees to high performance and quality and the alignment of these staff, around challenging goals.
The customer-supplier relationships within the school and between the school and its consumer and provider stakeholders are the basic for all activities. If these processes and chain are managed weel, with a constant focus on high performance and improvement, then quality achievements follow. What is important here is that attention is given to the managing of processes, because processes produce outcomes. Far too much attention has been focused upon securing outcomes, no matter what the process looks like - yet it is process quality and effectiveness that leads to sustainable quality outcomes. Process here refer to the way in which people work to achieve results.

Kamis, 21 Februari 2008

Ketrampilan Berpikir Kritis : Bias



Untuk mengurangi bias, beberapa cara harus dilakukan jika seseorang ingin berpikir kritis. Jangan tanyakan “Bagaimana hal ini bertentangan dengan pendapat saya?”, tapi tanyakanlah “Apa artinya ini?”

Jangan lakukan penilaian terlalu dini pada tahap pengumpulan informasi.
Anda harus sadar terhadap kekurangan anda sendiri dan orang lain dengan cara:
menerima bahwa setiap orang memiliki pemihakan di bawah sadar (pemihakan secara refleks) bersikap tanpa ego membuang pendapat semula anda jauh-jauh sadar bahwa setiap orang memiliki kelemahan masing-masing Gunakan metoda sokratis untuk mengevaluasi sebuah argumen dengan menanyakan pertanyaan terbuka. Sebagai contoh adalah:

Apa yang anda maksud dengan __________?
Bagaimana anda dapat berkesimpulan begitu?
Mengapa anda berpendapat bahwa itu adalah benar?
Dimana anda mendapatkan informasi tersebut?
Apa yang terjadi jika anda ternyata salah?
Dapatkah anda memberikan dua buah sumber yang tidak setuju dengan anda dan jelaskan mengapa?
Mengapa hal ini penting?
Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa anda mengatakan yang sebenarnya?
Apa penjelasan alternatif dari fenomena ini?

Ketrampilan Berpikir Kritis : Definisi


Berpikir kritis (critical thinking)adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi.

Langkah-langkah umum di dalam berpikir kritis adalah :

Langkah 1 : Buatlah daftar pendapat dan kumpulkan argumentasi yang mendukung setiap pendapat tersebut. Pecahkan argumentasi yang anda dapatkan pada langkah pertama menjadi kalimat-kalimat pendukungnya dan carilah implikasi dari kalimat-kalimat ini.
Carilah kontradiksi pada kalimat-kalimat dan implikasinya yang anda dapatkan pada langkah 2.

langkah 2: Dari argumen-argumen yang anda dapatkan, susunlah berdasarkan argumen-argumen yang saling bertentangan dan beri bobot untuk argumen-argumen tersebut
Tambahkan bobot jika sebuah klaim memiliki dukungan yang kuat, terutama jika memiliki alasan-alasan yang kuat. Kurangi bobot jika ada klaim yang memiliki kontradiksi.
Ubahlah bobot tergantung dari relevansi dari informasi terhadap isu yang dibicarakan
Klaim yang besar membutuhkan bukti yang besar pula, jika sebuah klaim besar tidak memiliki bukti yang cukup, abaikan klaim ini dalam membentuk opini anda.
Tinjaulah bobot dari setiap klaim Opini yang memiliki bukti yang terkuat kemungkinan besar adalah benar Mind map adalah alat yang efektif untuk mengevaluasi informasi ini. Pada tahap-tahap akhir, bobot numerik dapat diberikan pada cabang-cabang Mind map Tentunya berpikir kritis tidak menjamin seseorang akan mencapai kesimpulan yang tepat. Pertama, ada kemungkinan seseorang tidak memiliki seluruh informasi yang relevan. Informasi yang penting mungkin belum ditemukan atau informasi tersebut mungkin tidak akan dapat ditemukan. Kedua, pemihakan (bias) dari seseorang dapat saja menghalangi pengumpulan dan penilaian informasi secara efektif.

Rabu, 20 Februari 2008

Mastery Learning


Mastery learning was originally developed by Morrison in the 1930s. His formula for mastery was "Pretest, teach, test the result, adapt procedure, teach and test again to the point of actual learning." (Morrison, 1931, in Saettler, 1990). Mastery learning assumes that all students can master the materials presented in the lesson. Bloom further developed Morrison's plan, but mastery learning is more effective for the lower levels of learning on Bloom's taxonomy, and not appropriate for higher level learning (Saettler, 1990).

Selasa, 19 Februari 2008

Kompetensi Guru



Sesungguhnya ada dua problem pokok yang saling mengait satu dengan lainnya dimana selama ini menjadi ganjalan bagi upaya profesionalisme guru, yakni : Pertama, problem kompetensi guru; dan Kedua, problem kesejahteraan guru. Kompetensi guru menjadi tuntutan yang tidak dapat di tawar-tawar lagi jika kita secara sungguh-sungguh berniat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pengertian kompetensi di sini adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara eksplisit menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengacu substansi pasal 8 tersebut di atas, jelas sekali bahwa kepemilikan kompetensi itu hukumnya wajib. Khusus tentang kompetensi ini dijelaskan pada pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik mengacu pada kemampuan dan ketrampilan seorang guru dalam mengajar yang terkait juga dengan penguasaan teori serta prakteknya antara lain kemampuan dalam memehami peserta didik, dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Bagaimana dengan kompetensi kepribadian profesionalisme seorang pendidik(guru) ?

Senin, 18 Februari 2008

School Quality Assurance



Quality in the schools sector is interpreted as leading to successful and measurable student outcomes across the whole spectrum of academic, social and cultural pursuits, enabling students to develop life-long learning skills that will enhance their capacity to be productive members of society. Quality assurance measures include self-regulation at school level, on-going strategic professional development of teachers, national benchmarking of basic literacy and numeracy skills.

Jumat, 15 Februari 2008

Teaching Tips: checking understanding



These teaching tips will be of general help to new teachers or others who simply wish to brush up on their technique.

HOW:
1. Ask your students "Is that clear?".
2. If It's clear, fine. If anyone says "No, can you explain that?/Can you explain again?", Ask if one of the other students can explain it.
3. If nobody understands it, go through an example step by step together. They should get it then.
4. If they still don't get it, go through another example together.
5. If the poor things are still lost either...
- do the whole activity together as a class, if possible, or...
- give up and go to the next activity.
- if it's a word they are having difficulty understanding, you could set it
for homework and get the students to explain the meaning to you
next lesson.
6. Another way to check understanding of instruction is to ask the students to imagine that you are a new student who has just come in can they explain how to do the activity ?
7. Another way to check understanding, not only of instructions, is by concept checking.

WHY:
1. You need to check that the students have understood because they are unlikely to tell you if they haven't - they will simply bumble through the exercise, doing it wrong, probably aware that they are doing it wrong, and losing confidence.

2. You need to ask "Is that clear?" rather than "Do you understand?" because the chances of a student saying "No, I don't understand" are very slim - they will feel very stupid. Would you admit to not understanding something in front of others in a classroom situation? I wouldn't!.

3. The student who doesn't understand will be convinced s/he is the only one who doesn't get it and will not want to admit that in public. Question like "Is that clear?" shift the blame to the quality of the instructions instead. Neutral geound much nicer.

Kamis, 14 Februari 2008

Knowledge Management 2 : Moving from Personal to Organizational


Implementing organizational knowledge management requires the full involvement of individuals at all levels across an organization. Only through the participatory design and development of knowledge management systems and processes can a development organization ensure that people actually employ knowledge management tools effectively. This also requires respect and acknowledgement for the value of personal knowledge management activities so that the best features of those activities can be leveraged and adopted across the organization.

Based on knowledge management in the corporate world, we identify eight core activities for implementing knowledge management systems that move from personal to organizational knowledge management:

1)Knowledge mapping , describes what knowledge an organization has, who has it and how it flows (or doesn’t) through the enterprise.

2)Commitment to multi-stakeholder planning , if knowledge mapping suggests that the organization is ready to become a knowledge organization, the organization needs to commit to multi-stakeholder planning for knowledge management.

3)Participant goal setting, participants in multi-stakeholder planning can better grasp the value of organizational knowledge management when they have the opportunity to integrate their personal knowledge management goals with those of the organization.

4)Organizational goal setting , participants in multi-stakeholder planning can more easily move to organizational goal setting when their personal goals have been heard and acknowledged. These personal goals need to be linked to organizational knowledge management goals.

5)Partnering/networking goal setting , knowledge management goals must also go beyond the internal functioning of the organization and look at the wider organizational context of relationships, partnerships and networks.

6)Measurement frameworks – monitoring & evaluation , measurement frameworks are critical to successfully implementing knowledge management systems and processes. These measurement frameworks need not be overly elaborate – as in the qualitative relationship ranking described above.

7)Selection of tools and processes , participants need opportunities to learn about knowledge management tools and processes employed elsewhere.

8)Implementation of tools and processes, tools and processes that are thrust upon people with little consultation are likely to fail.

Knowledge Management 1 : Practically Defined



Knowledge management is a very personal activity that, if practiced widely, can improve organization’s ability to achieve development results. Knowledge management means taking responsibility for what you know, who you know—and what they know.

Knowledge management begins and ends as a personal activity. Without the human understanding, personal context and need for immediate utility which we bring to bear on knowledge, all we have is raw data.

Personally accessible, immediately useful and relatively inexpensive personal knowledge management tools can empower development workers to take ownership of their intellectual assets. Knowledge management starts with the individual and moves through an organization. Every individual uses knowledge management tools – including personal memory, date books, notebooks, file cabinets, email archives, calendars, post-it notes, bulletin boards, newsletters, journals, and restaurant napkins. Knowledge management begins when an organization enables individuals to link their personal knowledge management systems with organizational knowledge management systems.

Knowledge management tools only work when individuals see direct benefits in linking their personal knowledge management systems with organizational knowledge management systems. If development workers believe that the chores of contributing to an organizational knowledge management program benefit only their bosses, and not themselves or the communities with which they work, they may decide the best way to take advantage of the value of their individual knowledge is to use it for personal or local advantage. This results in serious knowledge deficits for the wider organization.

At the individual level, knowledge management involves a range of relatively simple and inexpensive techniques and tools that anyone can use to acquire, create and share knowledge, extend personal networks and collaborate with colleagues without having to rely on the technical or financial resources of the organization. Implemented from the bottom up by one development worker at a time, these techniques can increase productivity and enthusiasm and help to build momentum that can overcome the technological and social barriers to top-down, organization-wide knowledge management initiatives.

Rabu, 13 Februari 2008

Media Pembelajaran



Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997).
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.

Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realia; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar dalam belajar. Namun demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat.

Teknologi komputer adalah sebuah penemuan yang memungkinkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk stimulus di atas sehingga pembelajaran akan lebih optimal. Namun demikian masalah yang timbul tidak semudah yang dibayangkan. Pengajar adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merealisasikan kelima bentuk stimulus tersebut dalam bentuk pembelajaran. Namun kebanyakan pengajar tidak mempunyai kemampuan untuk menghadirkan kelima stimulus itu dengan program komputer sedangkan pemrogram komputer tidak menguasai pembelajaran.

Jalan keluarnya adalah merealisasikan stimulus-stimulus itu dalam program komputer dengan menggunakan piranti lunak yang mudah dipelajari sehingga dengan demikian para pengajar akan dengan mudah merealisasikan ide-ide pengajarannya.

Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong pembelajar untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.

Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1983). Kreteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.

Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995). Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajar bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.

Selasa, 12 Februari 2008

Virtual Library



Information resources or information services that are available over the Internet. Virtual Library site provides access to a large number of library resources (indexes, journals, and reference materials, for example) and online reference service via the campus computer network. Students access these resources through a browser on a workstation anywhere on campus or remotely from home.

Membangun SDM Berkualitas



Sumber daya manusia merupakan daya yang bersumber dari manusia yang dapat juga disebut tenaga atau kekuatan (energi atau power). Tenaga, daya, kemampuan atau kekuatan terdapat pula pada unsur alam yang lain, seperti tenaga air, tenaga uap, tenaga angin, tenaga matahari. Namun bila digunakan pada manusia daya itu dapat dipadankan dengan istilah manpower.

Membangun manusia berkualitas berarti membentuk manusia yang utuh dan bernilai positif yang dapat dilihat mulai dari aspek yang relatif mudah dibangun sampai ke aspek yang lebih rumit dan sukar dibangun atau membutuhkan waktu bangun yang relatif lama, yaitu mulai dari aspek fisik sampai kepada aspek akhlak atau moral.

Indikator kualitas yang dimaksudkan antara lain :
1. Berstamina tinggi sehingga mampun kerja keras
2. Tangguh dan Ulet dalam menghadapi persoalan
3. Cerdas berpikir dan bertindak
4. Trampil dan memiliki kompetensi
5. Mandiri
6. Memiliki tanggung jawab
7. Produktif
8. Kreatif
9. Inovatif
10. Beorientasi ke masa depan
11. Disiplin
12. Berbudi

Apabila digali lebih lanjut, masih banyak hal yang dapat menggambarkan kualitas prima manusia secara umum, namun kita belum tentu memiliki semua sifat yang menggambarkan kualitas manusia secara utuh dan lengkap tersebut.

Maka muncullah persoalan dan tantangan bagaimana kita dapat membangun atau membentuk manusia berkualitas ?

Senin, 11 Februari 2008

Instructional Models



Any educational technology is only as good as the way it is used for learning. Perhaps the most difficult challenge for instructors using technology is to develop a strategy for integrating it into the curriculum. To do so, you need to answer such as these questions:

1. What is the learning goal of the technology application?
You need to decide on details of exactly what parts of the curriculum will be taught to which learners using technology, based on your analysis of your general goals for program improvement, and the kinds of software you want, based on your analysis of software types available and resource requirements for them.

2. How will we assign learners to use the technology?
Some instructional models assume everyone will be doing the same thing at the same
time. Others require sophisticated individualized learning plans (ILP’s) based on an assessment of individual needs. In these cases, placement of the each learner in the right assignment, on a daily basis, should be an important factor in your planning.

3. What will the learner’s role be?
Instructional models vary widely in how much and what kind of decisions the learners
make about their own learning. Some models require solo, self-paced work, while others require collaborative study with everyone studying the same thing at the same time. It’s important to work out in detail what the learner’s responsibilities will be and how they will be fulfilled.

Once the learner’s role is defined, then it’s necessary to plan your role in teaching, and the overall program structure, so that both will lead the learners through the intended learning processes.

1. How will we manage the resources?
Your technology plan should have identified the general level of hardware and software resources you will need for the number of learners and type of use you have in mind. With the decisions made about curriculum and instruction, you can make a detailed plan for how to schedule and manage the hardware and software resources.

2. How will we assess the learners?
You also need to decide how you will find out what the learners have learned as they have used the technology. For example, PLATO has a range of powerful assessment options built in. Other software sometimes leaves assessment as a task entirely for the instructor. In some settings, an important part of the assessment system is assignment of letter or numeric grades and course credit.

To answer these questions, we first need to look at all the ways technology can be used in instruction. We’ll group the various applications using three terms: supplementary, complementary, and primary.

Rabu, 06 Februari 2008

Pengembangan Kurikulum



Dalam pelaksanaan pendidikan dibutuhkan kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. Agar tujuan dalam pembelajaran tersebut dapat tercapai sebagaimana mestinya. Berkembangnya pendidikan tidak terlepas dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.

Namun terkadang munculnya peraturan Undang-undang kurikulum yang baru dalam waktu yang singkat membuat pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan terhambat, karena terlalu cepat kurikulum tersebut dirubah. Selain itu munculnya peraturan perundang-undangan yang baru mempunyai implikasi terhadap paradigma baru dalam proses pelaksanaan ataupun pengembangan kurikulum sehingga kemampuan kompetensi multidimensional dibutuhkan oleh generasi muda dan peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum dimasa yang akan datang. Pengembangan kurikulum saat ini sangat diperlukan untuk perkembangan kurikulum pada masa yang akan datang, sehingga pengembangan kurikulum harus mampu mengatisipasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang.

Selasa, 05 Februari 2008

Teacher Matters


In a world where education matters more than it ever has before, parents and policymakers alike are asking how to find the extraordinary teachers who can help all children acquire the increasingly complex knowledge and skills they need. As the social and economic demands for education grow, so do expectation of teachers' kjowledge and skills. Teachers must be able to succeed with a wider range of learners than they were expected to teach in a time when school success was not essential for employment and participation in society. Teachers are also beeing asked to achieve goals for all children, not just the 10-20 percent traditionally siphoned off into gifted and talented programs or honors cources. Furthermore, students have more extensive needs: as education becomes more important to life success and schools both expand the range of students they educate and include more of them in "regular" classroom, teachers encounter more students with learning differences and disabilities; with language learning needs; and with difficult family circumstances, from acute poverty, homelessness, unemployment, and lack of medical care to violance, abuse, and abandonment. Teachers in many community need to work as professors of disciplinary content, facilitator of individual learning, assessors and diagnosticians, counselor, social workers, and community resources managers.

Senin, 04 Februari 2008

Holistic Education


The Holistic Education is about connections. Holistic education attempts to bring education into alignment with the fundamental realities of nature. Nature at its core is interrelated and dynamic such as in the atom, organic systems, the biosphere, and the universe itself. Holistic education can be conceived using different frameworks and metaphors. Holistic education also involves exploring and making connections. The focus of holistic education is on relationship between mind and body, the relationship among various domain of knowledge, the relationship between the individual and community, the relationship to the earth, and the relationship between self and self. In the holistic education the student examines these relationship so that he or she gains both an awareness of them and the skills necessary to transform the relationship where it is appropriate.

Sabtu, 02 Februari 2008

Business in The Digital Age



Business invest in information technology and electronic commerce to increase productivity, cut cost and enhance customers service. Consumers shop on the internet because they find their choices dramatically increased. They have access to much more information when making purchasing decision. Busy consumers can save time and find shopping more convenient as merchant serve their needs individually. Better information and greater selection, combined with lower operating costs for many internet business may, in turn, drive reductions in prices or improvements in quality.

Jumat, 01 Februari 2008

Performance Appraisal



Penilaian Kinerja (Performance Appraisal) merupakan bagian dari suatu fenomena yang ada pada semua jenis perusahaan ataupun unit kerja. Penilaian kinerja akan mengarahkan suatu perusahaan atau unit kerja pada suatu penilaian atas sistem kerja ataupun individu karyawan. Penilaian kinerja pada saat ini merupakan hal penting di dalam suatu sistem pengelolaan (management) perusahaan di dalam melakukan suatu evaluasi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi yang diimbangi dengan peningkatan performa personal yang terkait.

Metode penilaian kinerja yang tradisional digunakan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah gaji atau honor seorang karyawan. Besar kecilnya gaji atau honor karyawan pada penilaian kinerja tradisonal ini sangat terkait dengan tinggi rendahnya kinerja yang ditampilkan.

Metode penilaian modern lebih terstruktur dan terjadinya interaksi secara formal antara karyawan (sebagai bawahan) dan atasan yang biasanya dilandasi dengan indikator yang tertulis dalam suatu format khusus penilaian dan dilakukan secara terencana dengan periodisasi penilaian yang jelas. Pada pelaksanaannya antara atasan yang dalam hal ini bertindak sebagai penilai dapat melakukan suatu diskusi yang interaktif dengan karyawan yang dinilai untuk sama-sama menidentifikasikan dan meninjau kelemahan, kekuatan dan peluang bagi bagi karyawan itu sendiri dalam meningkatkan kompetensi dan kemampuan kerjanya.

Perencanaan Penilaian Kinerja (PPK) bagi suatu organisasi sangat penting, terutama apabila organisasi memiliki komitmen untuk berkembang dan mengembangkan karyawannya secara berjenjang dengan memeperhatikan titik-titik kritis dari setiap wilayah jenjang yang diproyeksikan. Perencanaan ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menunjukkan kinerja optimalnya berdasarkan arahan serta tuntutan kerja yang diharapkan oleh organisasi yang dalam hal ini bagian Sumber Daya Manusia sangatlh berperan penting.

Penilaian Kinerja pada akhirnya akan memberikan antara lain data dan gambaran berkenaan dengan :
- umpan balik dalam hal wilah kinerja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan
- identifikasi berkaitan dengan kebutuhan pelatihan bagi karyawan
- dokumentasi yang dapat pula digunakan sebagai dasar pemberian penghargaan, promosi
- diagnostik organisasi
- memfasilitasi komunikasi dua arah antara organisasi/atasan dengan para karyawan

RESENSI : Re-Code Your Change DNA



Judul Buku: Re-Code Your Change DNA
Pengarang:Rhenald Kasali
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama - Jakarta
Cetakan : Kedua, Februari 2007
Tebal : xviii + 264 halaman
Resensor : Muksin Wijaya

Buku dengan judul “Re-Code Your Change DNA” atau dapat kita terjemahkan sebagai “Mengubah DNA Pengubah” yang dikarang oleh Rhenald Kasali, seorang staf pengajar dan juga ketua Program Magister Universitas Indonesia ini, merupakan buku yang menguraikan lebih lanjut proses perubahan yang sudah dijabarkan di bukunya : ”Change! Manajemen Perubahan dan Harapan” yang diterbitkan pada Maret 2005. Dalam buku ini Rhenald Kasali mengulas tentang eksistensi dari perubahan dan bagaimana kita mensikapi perubahan tersebut dalam konteks bukan hanya kita merespon terhadap perubahan yang ada namun juga kepada bagaimana kita membentuk perubahan itu sendiri.
Banyak teori perubahan yang diajukkan, mulai dari Re-code individu , Re-code leader, Re-code pikiran, Re-code organisasi, sampai kepada Re-code the critical mass.

Istilah DNA yang dimaksudkan dalam buku ini sebetulnya bukanlah hal yang baru. DNA adalah sebuah unsur pembawa sifat yang berbentuk molekul yang menyimpan informasi tentang gen seseorang. Informasi itu disimpan dalam bentuk sandi berupa kode-kode genetik (hal 25).
Istilah Re-Code yang dimaksudkan Rhenald Kasali adalah pembentukan kembali kode unsur pembawa sifat , cara berpikir dan memimpin agar sesuai dengan kebutuhan zamannya baik dalam konteks individu ataupun keorganisasian.
Maka sangat tepat bahwasanya Rhenald Kasali memberikan judul ”Re-Code Your change DNA” pada bukunya ini.

Bab 3 merupakan bagian penting dan boleh dikatakan sebagai jiwa dari buku ini. Pertanyaan mendasar bagaimana kita merespon perubahan dan membentuk perubahan itu sendiri dijawab pada bab ini. Pada bab ini Rhenald Kasali memperkenalkan konsep sisfat-sifat dasar yang dapat membentuk seseorang sehingga ia mampu melihat dan bergerak melakukan perubahan dalam suatu akronim perubahan dengan nama OCEAN, yang pada dasarnya juga merupakan akronim dari segala jenis keterbukaan yang diperkenalkan tersebut, yaitu
1. Openness to experience, keterbukaan pikiran khususnya terhadap pengalaman dan hal-hal baru, hal-hal yang dialami dan dilihat dengan mata sendiri.
2. Conscientiousness, keterbukaan hati dan telinga. Penuh kesadaran mendengarkan, baik yang terdengar maupun yang dirasakan.
3. Extroversion, keterbukaan diri terhadap orang lain, kebersamaan dan hubungan-hubungan.
4. Agreeableness, keterbukaan terhadap kesepakatan, tidak mudah memilih konflik.
5. Neuroticism, keterbukaan terhadap tekanan-tekanan.
Kelima komponen pembentuk tersebut di atas merupakan benih yang baik untuk melakukan perubahan. (hal 66)

“Perubahan harus dimulai dengan adanya pemimpin atau pribadi yang memiliki Change DNA unggul, dan untuk itu mulailah melakukan Re-code Change DNA kita sendiri. “