Selasa, 22 April 2008

Enterprise Resource Planning (ERP)



Enterprise Resource Planning (ERP) systems attempt to integrate several data sources and processes of an organization into a unified system. A typical ERP system will use multiple components of computer software and hardware to achieve the integration. A key ingredient of most ERP systems is the use of a unified database to store data for the various system modules.
The two key components of an ERP system are a common database and a modular software design. A common database is the system that allows every department of a company to store and retrieve information in real-time. Using a common database allows information to be more reliable, accessible, and easily shared. Furthermore, a modular software design is a variety of programs that can be added on an individual basis to improve the efficiency of the business. This improves the business by adding functionality, mixing and matching programs from different vendors, and allowing the company to choose which modules to implement. These modular software designs link into the common database, so that all of the information between the departments is accessible and real-time.

Some organizations — typically those with sufficient in-house IT skills to integrate multiple software products — choose to implement only portions of an ERP system and develop an external interface to other ERP or stand-alone systems for their other application needs. For example, one may choose to use human resource management system from one vendor, and the financial systems from another, and perform the integration between the systems themselves.

This is very common in the retail sector, where even a mid-sized retailer will have a discrete Point-of-Sale (POS) product and financials application, then a series of specialized applications to handle business requirements such as warehouse management, staff rostering, merchandising and logistics.
Ideally, ERP delivers a single database that contains all data for the software modules, which would include:

Manufacturing
Engineering, Bills of Material, Scheduling, Capacity, Workflow Management, Quality Control, Cost Management, Manufacturing Process, Manufacturing Projects, Manufacturing Flow

Supply Chain Management
Inventory, Order Entry, Purchasing, Product Configurator, Supply Chain Planning, Supplier Scheduling, Inspection of goods, Claim Processing, Commission Calculation

Financials
General Ledger, Cash Management, Accounts Payable, Accounts Receivable, Fixed Assets

Projects
Costing, Billing, Time and Expense, Activity Management

Human Resources
Human Resources, Payroll, Training, Time & Attendance, Rostering, Benefits

Customer Relationship Management
Sales and Marketing, Commissions, Service, Customer Contact and Call Center support

Data Warehouse
and various Self-Service interfaces for Customers, Suppliers, and Employees

Enterprise Resource Planning is a term originally derived from manufacturing resource planning (MRP II) that followed material requirements planning (MRP). MRP evolved into ERP when "routings" became a major part of the software architecture and a company's capacity planning activity also became a part of the standard software activity. ERP systems typically handle the manufacturing, logistics, distribution, inventory, shipping, invoicing, and accounting for a company. Enterprise Resource Planning or ERP software can aid in the control of many business activities, like sales, marketing, delivery, billing, production, inventory management, quality management, and human resource management.

ERP systems saw a large boost in sales in the 1990s as companies faced the Y2K problem in their legacy systems. Many companies took this opportunity to replace their legacy information systems with ERP systems. This rapid growth in sales was followed by a slump in 1999, at which time most companies had already implemented their Y2K solution.

ERPs are often incorrectly called back office systems indicating that customers and the general public are not directly involved. This is contrasted with front office systems like customer relationship management (CRM) systems that deal directly with the customers, or the eBusiness systems such as eCommerce, eGovernment, eTelecom, and eFinance, or supplier relationship management (SRM) systems.
ERPs are cross-functional and enterprise wide. All functional departments that are involved in operations or production are integrated in one system. In addition to manufacturing, warehousing, logistics, and information technology, this would include accounting, human resources, marketing, and strategic management.

ERP II means open ERP architecture of components. The older, monolithic ERP systems became component oriented.

EAS — Enterprise Application Suite is a new name for formerly developed ERP systems which include (almost) all segments of business, using ordinary Internet browsers as thin clients.

Rabu, 09 April 2008

Speed Reading



Menguji Kemampuan Membaca Cepat

Apakah Anda termasuk kategori orang yang memiliki kemampuan membaca secara efisien? Atau seberapa efektifkah Anda membaca? Juga seberapa banyak waktu yang Anda perlukan untuk membaca?

Untuk mengetahui seberapa cepat, efektif dan efisien cara Anda membaca, Anda bisa melakukan pengujian terhadap kemampuan Anda tersebut. Caranya sangat sederhana seperti yang diuraikan dalam tulisan ini. Namun agar pengujian berjalan dan memberikan hasil yang efektif, ada baiknya Anda meminta bantuan seorang teman untuk menjadi pengawas pengujian kemampuan Anda membaca, meskipun tes ini bisa Anda lakukan sendiri.

Menguji kemampuan membaca ini, biasanya diberikan bagi mereka yang akan melakukan atau mempelajari teknik membaca cepat (speed reading). Ini dilakukan sebagai titik awal untuk melihat tingkat kemajuan yang diperoleh setelah melakukan atau mempraktekkan teknik membaca cepat. Dan pola yang sama, juga bisa Anda lakukan untuk melihat seberapa efektif Anda membaca. Pengujian ini menitik beratkan pada pengukuran kecepatan Anda membaca kata dalam setiap menit dan kemampuan Anda memahami artinya sekaligus.

Teknik pengujian ini sederhana sekali. Anda hanya perlu menyediakan pengukur waktu (stopwatch, jam tangan atau jam meja), buku yang belum pernah Anda baca sebelumnya sebagai materi yang akan digunkan untuk mengukur kemampuan Anda membaca dan menyerap informasi yang Anda baca dalam periode waktu tertentu. Umumnya setiap halaman buku yang berukuran setengah kuarto (105 x 148,5 mm) berisi sekitar 297 kata (setiap barisnya berisi sekitar 8 sampai 9 kata dan setiap halaman berisi sekitar 33 baris). Sementara periode waktu membaca yang diberikan untuk setiap pengujian, paling lama hanya 60 detik. Pada tahap pengujian berikutnya, periode waktu ini harus makin dikurangi.

Sebelum memulai pengujian, buatlah lebih dulu tabel terdiri dari empat kolom (waktu, jumlah kata, persentase pemahaman isi, keterangan yang menjelaskan kualitas membaca Anda) yang untuk ruang mencatat rekor Anda membaca sebagai berikut:

Pengujian 1


Tetapkan satu halaman buku yang akan digunakan untuk menguji kecepatan Anda membaca. Tekan tombol pengukur waktu, lalu mulailah Anda membaca dengan cara sebagaimana Anda biasa melakukannya. Lalu hentikan membaca bersamaan dengan habisnya waktu (60 detik). Tandai kata dimana Anda selesai membaca pada saat waktu habis.

Minta teman Anda yang mengawasi pengujian untuk menghitung jumlah kata yang telah Anda baca dalam waktu 60 detik. Lalu minta dia menguji kemampuan Anda menangkap isi tulisan yang Anda baca dengan cara membandingkan cerita Anda dan mencocokannya dengan isi tulisan, seberapa persenkah Anda mampu menyerap arti atau pesan yang disampaikan dalam tulisan yang Anda baca. Catat semua hasil itu pada tabel yang sudah disiapkan.

Pengujian 2

Bukan halaman lain dan ulangi proses pengujian pertama dengan cara membaca secepat mungkin yang Anda bisa lakukan dalam waktu 60 detik. Jika waktu habis, tandai dimana Anda berhenti membaca dan hitung kembali jumlah kata yang dapat Anda baca dengan kecepatan maksimal.

Seperti pada proses pengujian pertama, Anda harus menceritakan kembali isi tulisan yang Anda baca dan minta teman Anda mencocokkan dengan isi tulisan. Lihat dan bandingkan, adakah perbedaan signifikan antara kecepatan membaca Anda dengan kemampuan menangkap isi tulisan antara pengujian pertama dengan pengujian kedua.

Pada pengujian pertama, mungkin akan nilai pemahaman Anda terhadap isi tulisan yang Anda baca jauh lebih baik ketimbang pada pengujian kedua. Tapi jumlah kata yang bisa Anda baca di pengujian kedua, tentu akan lebih banyak ketimbang di pengujian pertama.

Sebagai pembanding Anda bisa melihat tabel dibawah ini yang menjelaskan perbandingan antara kecepatan membaca dan kemampuan menyerap isi bacaan berikut penilaian kemampuan membaca.

Jumlah kata /menit Pemahaman isi Profil Pembaca
110 kata/menit 50 persen Kemampuan kurang
240 kata/menit 60 persen Kemampuan rata-rata
400 kata/menit 80 persen Kemampuan baik
1000 kata/menit 85 persen Sempurna

Untuk meningkatkan kemampuan membaca secara cepat dan efektif, seperti yang dikategorikan dalam tabel, bisa dilakukan bila Anda mencoba mempraktekkan teknik membaca cepat. Pilih salah satau, atau jika Anda mau, bisa Anda mencoba mempraktekkan semua teknik membaca cepat yang ditawarkan. Kemudian cobalah uji hasil kecepatan membaca Anda (seperti prosedur pengujian di atas) setiap kali Anda selesai mencoba mempraktekkan teknik membaca cepat yang Anda pilih. Selamat mencoba.[sumber : http://www.tempo.co.id/edunet/]

Multiculture Education



Pendidikan multikultur mutlak diterapkan dalam proses pembelajaran siswa di Indonesia. Beragam kasus perselisihan yang menumpahkan darah akibat sentimen etnis, ras, golongan, dan agama, terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Seiring dengan era desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah yang bercirikan profesionalisme, demokratisasi, dan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), mendorong proses perubahan sosial yang membawa masyarakat ke dalam kehidupan yang semakin kompleks dan plural.

Pendidikan multikultur mengisyaratkan bahwa siswa secara individual belajar bersama dengan individu lain dalam suasana saling menghormati, saling toleransi, dan saling memahami. Dalam konteks semangat pluralisme masing-masing harus mengambil bagian dalam menciptakan kehidupan yang damai. Nilai-nilai ini harus mempribadi pada para siswa, sehingga diharapkan semangat mengakui nilai-nilai kemanusiaan lepas dari latar belakang perbedaan individu, bukan saja dilaksanakan di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.